Review Film: When Life Gives You Tangerines (2025)

Hai hai, bagaimana harinya? Semoga bahagia ya hari ini. Sama seperti saya yang bahagia mau mengulas drama When Life Gives You Tangerines, baru mengulas saja sudah bahagia, drama ini menjadi drama yang melekat di hati saya selain Reply 1988. Yuk coba saya ulas secara singkat yaa. Baca terus ya~

.                      Sumber: google.com

Drama When Life Gives You Tangerines, drama netflix dengan latar tahun 1950-an, alur ceritanya maju dan mundur namun sama sekali tidak membuat bingung, runtut secara apik malahan. Penulis Lim Sang-Choon membuat drama ini secara apik, saya sebagai penonton sebagai anak pertama dan sudah punya anak, jadinya merenung karena drama ini. 

Drama When Life Gives You Tangerines ini berlatar di pulau Jeju tahun 1950-an, ketika korea selatan krisis ekonomi, dan belum dikenal dunia. Hal yang relate walaupun bukan perempuan korea selatan adalah para perempuan tumbuh di lingkungan yang patriarki. Walaupun ditengah gemburan kesedihan dan halangan tetap ada momen sederhana yang patut untuk disyukuri. 

Oiya, saya nonton drama ini karena ada IU sebagai Ae-Sun, saya fans berat mba IU. Disini aktingnya IU benar-benar bagus banget. Chemistry dengan Park Bo Gum (Gwan-Sik) sangat terlihat natural seperti pasangan suami istri. Ae-Sun ini dikenal dengan watak yang blak-blak an, gadis sastra alias cerdas, dan mempunyai pandangan yang berbeda. Sedangkan Gwan-Sik disini wataknya pendiam dan setia. 

Penulis membawa saya menyelami kehidupan Ae-Sun yang bergelut dengan kemiskinan, ketimpangan kesempatan pendidikan antara laki-laki dan perempuan, lingkungan patriarki yang kental, sampai kehidupan setelah menikah yang banyak lika-likunya. Diceritakan tidak menye-menye alias lebay, jujur, mengalir, dan apik. 

Membuat saya merenung adalah kehidupan Ae-Sun dan Gwan-Sik setelah menikah, berjuang dengan kemiskinan. Ternyata kemiskinan itu bersifat struktural, bukan karena seseorang tidak berusaha keras. Budaya patriarki yang kental di korea juga diperlihatkan yang membuat relate juga dengan disini. Kisah anak Ae-Sun dan Gwan-Sik yaitu Geum-Yong dan Eun-Myong juga bisa membuat bahan renungan saya. Bahwa saya harus adil terhadap anak misal mempunyai anak lebih dari satu. Juga entah itu perempuan atau laki-laki, anak adalah harta paling berharga untuk orang tuanya. 

Scene yang masih membekas di hati saya adalah saat Ae-Sun menginginkan anaknya Geum-Yong mencoba segala hal dan tidak dijadikan penyelam di pulan Jeju. Ae-Sun diberi pesan oleh mendiang ibunya agar tidak bekerja sebagai penyelam seperti ibunya. Akting ibunya Ae-Sun juga sangat bagus walaupun sedikit di drama. Akting IU yang menjadi Ae-Sun muda dan Geum-Yong sangatlah apik sekali. Bagus banget aktingnya. Scene lainnya saat Gwan-Sik dewasa sakit, sebagai laki-laki yang pendiam dan pekerja keras, sangatlah menyesakkan melihatnya. Ayah yang menjadi contoh untuk anak-anaknya, Gwan-Sik adalah sosok ayah yang penyayang. 

Oke, ulasan saya mungkin singkat ya, keseluruhan, drama When Life Gives You Tangerines ini bisa menjadi bahan renungan untuk diri sendiri, orang tua, anak bahkan pasangan. Meski kehidupan yang rumit tapi pasti akan ada hal yang bisa disyukuri dengan damai. Drama ini juga sesuai judulnya bahwa kehidupan tidak sepenuhnya manis tapi ada asamnya juga seperti buah jeruk keprok alias Tangerines. Semoga bermanfaat reviewnya ya~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: Educated (Terdidik).

Kenapa Antibiotik Harus Dihabiskan?