Review Film: Street Food Asia (2019) Part 2
Halo! Akhirnya ada waktu buat review lanjutan film dokumenter Street Food Asia. Postingan blog kemarin bahas sampai episode lima, lanjutannya yuk mari capcus. Baca terus ya!
Episode keenam, Seoul, Korea Selatan. Pasar Gwangjang merupakan surganya makanan di Seoul. Disana terdapat kedai yang terkenal milik Yoonsun Cho yang menjual mi potong dan kimchi. Yoonshun Cho bercerita mengenai kehidupannya selama berjualan di pasar, mulai awal buka sampai sekarang. Kehidupan keras di pasar dan dia berhasil menghidupi keluarga serta membayar hutang suaminya merupakan contoh orang yang perkerja keras. Kemudian ada Gunsook yang menjual berbagai macam asinan tetapi yang paling laris adalah kepiting rendam kecap asin. Lalu dijelaskan pula makanan kaki lima seperti penekuk kacang hijau (pancake), Baffle (nasi panggang) dan lain- lain.
Episode ketujuh, Kota Ho Chi Mint, Vietnam. Penjual yang bercerita mengenai kehidupannya adalah Truoc yang menjual berbagai macam olahan siput alias snail. Terinsipirasi dari makanan olahan ayahnya. Bagaimana kisahnya? Lihat sendiri ya! Makanan lain seperti Banh mi (Semacam roti banyak isian di dalamnya seperti daging, abon, sayuran dll), Com Tam (broken rice), dan Pho (noodle soup).
Episode kedelapan, Singapura. Singapura merupakan negara maju. Banyak bahasa dan banyak ras yang tinggal disana. Namun yang bisa menyatukan adalah makanan. Tidak ada pedagang kaki lima disana, tapi ada tempat yang menampung banyak pedagang kaki lima. Kue yang menggambarkan singapura adalah kue Putu Piring oleh kedai Aisha. Diulaslah asal muasal kedainya dan seluk beluk penjualnya. Mereka membuka 5 cabang lo. Proses pembuatannya pun juga sudah modern. Jadi pengen nyobain nih. Hehe. Makanan lain yang dibahas adalah Mi Wanton, Kepiting pedas, dan Nasi Ayam.
Episode terakhir adalah Cebu, Filipina. Banyak orang Cebu yang tidak memiliki dapur, sehingga banyak yang bergantung pada makanan kaki lima. Makanan utama yang diulas adalah Nilarang atau Entoy's Bakasihan. Nilarang Bakasi ini olahan belut laut. Pemilikinya adalah kakek Florencio Elclabas atau kakek Entoy. Kakek ini sangat menginpirasi karena menjadi pengepul para nelayan di Cebu dan menjual menjadi makanan serta mendonasikan hasil jualannya untuk anak yatim piatu. Makanan lain yang dibahas adalah Lechon (Semacam babi giling kalau di Indonesia), Tuslob buwa (menggunakan otak babi sebagai resep), Lumpia, Nilarang Fish, dan Chicaron.
Selesai juga yaa ulasan film dokumenter Street Food Asia. Menurutku setiap episode bagus mengulas, namun kurang fokus ke makanannya aja yang dibahas. It's okay masih tetap bagus kok. Bagi teman- teman boleh nih ditonton ya film dokumenternya. Bagaimana menurut kalian?
Komentar
Posting Komentar