Cerita Mama: Persalinan anak pertama

Sepertinya cerita tentang persalinan anak saya yang pertama boleh juga ini. Sekalian buat berbagi pengalaman ke para calon orang tua lainnya ya. Persalinan anak saya yang pertama ini cukup mendadak tapi tidak juga sih soalnya waktu anak saya lahir itu pas dengan perhitungan HPL (Hari Perkiraan Lahir). Mendadaknya karena saat itu malam hari, saya dan suami datang ke Rumah Sakit Swasta di kota kami niatnya untuk kontrol saja. Eh, tiba-tiba disuruh lahiran saja. Kenapa begitu? Karena saat itu dicek oleh bidan bahwa detak jantung anak saya di dalam perut dibawah 120, kemudian mereka dengan sigap bilang ke dokter kandungan. Akhirnya diputuskan, hari itu, malam itu juga dilakukan tindakan sesar. 

.                            Sumber: google.com

Jadi, saya sudah menyiapkan segala keperluan semuanya. Pertama, untuk saya sendiri. Saya bawa baju ganti atau daster sebanyak 3 setel, pembalut khusus nifas 1 bungkus, baju dalam, peralatan mandi, dan administrasi untuk diserahkan di RS seperti KTP dan KK yang sudah ganti status. Kedua, untuk suami saya. Baju ganti, sarung plus sajadah, baju dalam dan uang cash untuk bayar persalinan---jangan lupa siapin yang tidak cash juga ya untuk jaga-jaga. Ketiga, untuk anak saya. Saya bawa baju ganti 6 setel atasan dan bawahan, 3 kupluk, gendongan plus penutup kepala---biasanya jadi satu biar bayi hangat, jarit, 5 bedongan, 1 bungkus pampers buat newborn, kapas khusus untuk membasuh saat pup atau pipis, tisu basah dan tisu kering. Kalau ada yang kurang bisa tambahin sendiri ya moms, itu yang saya tulis seingat saya saja.

Malam itu, sebelum saya diputuskan untuk sesar. Saya disuruh puasa tidak makan dan minum selama beberapa jam. Tapi saya minum obat skizofrenianya saya dulu dengan cara digerus, kerasa kan pahitnya. Huhu. Kemudian oleh beberapa perawat, saya dipasangi kateter--beneran deh sakit banget dipakein kateter ini awal-awalnya--lalu dipasang infus sebanyak 2 kali percobaan, dibagian kanan tidak bisa diganti sebelah kiri. Para perawat menyuruh saya untuk rileks, tapi pikiran saya sudah kemana-mana. Saya benar-benar merasa dredeg sekali. Kemudian, bidan membersihkan rambut kemaluan saya ini merupakan salah satu syarat untuk melahirkan. Bagi para mama baru, kalau kepengen dibersihkan oleh suami sendiri juga bisa sih kalau kalian risih. Jadi sebelumnya sudah dibersihkan sendiri. Lalu baju yang saya pakai dilepas dan diganti baju khusus untuk operasi. Tidak lama kemudian dokter kandungan yang menangani saya datang.

Oiya, aslinya saya sudah menulis Birth Plan untuk anak saya ini agar diberikan ke pihak Rumah Sakit supaya apa yang saya inginkan bisa terpenuhi termasuk perlakuan untuk anak saya nantinya. Bagi para mama baru, jangan lupa menulis Birth Plan ya sebelum persalinan agar para perawat, bidan, dan para dokter mengerti apa mau kita sebagai calon orang tua baru dan sebagai pasien disitu. Sayangnya, tulisan Birth Plan saya ini tidak saya masukkan ke tas saya. Saya kelupaan. Bagi para mama dan papa baru, saya tekankan lagi jangan lupa menulis Birth Plan ya untuk persalinan anak kalian. Itu penting sekali. Coba kalian cari ya contoh Birth Plan itu seperti apa di google. Bisa ditambahi dan diedit sesuai keinginan kalian.

Setelah semua terpasang, infus, kateter dan baju ganti. Saya masuk ruang operasi sendirian tanpa suami. Saya disuntik berulang kali bagian tulang ekor dan di infus serta lengan saya. Ada dokter kandungan, dokter bedah, anestesi, perawat, dan bidan disana. Mulailah dilakukan tindakan. Saya bisa merasakan perut saya diiris namun tidak sakit sama sekali. Selang 1 jam, anak saya berhasil dikeluarkan dari rahim dalam keadaan sehat dan menangis keras sekali. Saya sangat lega. Selesai itu, saya menggigil sekali sampai-sampai dipegangi oleh anestesi dan diberitahu kalau itu memang efeknya. Setelah saya dijahit dan efek mereda, saya dibawa ke kamar rawat inap. Suami saya memilih 1 kamar isi 2 pasien. Namun saat itu, saya sendiri di kamar rawat inap. 

Sampai di ruang rawat inap, saya bisa bertemu suami dan mertua saya. Rasanya pengen nangis yang kencang sekali telah melalui operasi waktu itu juga lega. Campur aduk. Kemudian, orang tua dan adik saya datang. Waktu itu masih musim covid 19, jadinya penjaga pasien makmisal 2 orang. Waktu itu ibu dan suami yang menjaga. Saat malam, tiba-tiba saya kesulitan bernafas. Akhirnya diberi tabung oksigen sebagai alat bantu pernafasan. Saat dilepas, rasanya kesulitan bernafas lagi. Jadi semalaman saya menggunakan alat bantu nafas. Menurut dokter itu bisa jadi efek dari jahitan saya dan adanya maag yang berakibat pada pernafasan. Kemudian, keesokan harinya saya disuruh dokter kandungan untuk mencoba miring kanan dan kiri juga latihan jalan. Oleh pihak RS juga diberi pijat untuk ibu yang baru melahirkan. Pelayanan terhadap pasien bagus sekali menurutku. Sigap dan tepat.

Hari ketiga, saya sudah boleh pulang. Namun, anak saya belum boleh pulang oleh pihak RS karena beberapa hal. Setelah, 5 harian, pihak RS menghubungi suami saya kalau anak saya sudah boleh diambil dibawa pulang ke rumah. Alhamdulillah, akhirnya. Rasanya kangen banget sama anak, apalagi ditinggal sendiri di RS. Jadi, selama 5 hari di RS, saya dan suami selalu memberi ASIP (Air Susu Ibu Perah) untuk anak kami. Karena ASI awal-awal keluar itu sangat bagus untuk anak bayi. Saat mengambil anak saya dari RS, diberi penyuluhan bagaimana perlakuan yang dilakukan untuk newborn dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Oiya, saya dan suami memilih RS Swasta ini soalnya dari awal hamil kontrolnya ke dokter kandungan itu jadi kita biaya mandiri ya dan tidak ditanggung asuransi atau BPJS. Tahun 2022, total habis untuk sesar dan biaya anak di RS menginap itu kurang lebih habis Rp. 26 juta. Itu termasuk tidak sedikit ya moms, saya anjurkan buat kalian para mama dan papa baru untuk memberikan yang terbaik untuk anak kalian. Ini menurut kami adalah yang terbaik untuk anak kami. Oke, sepertinya cerita tentang persalinan anak pertama saya, sampai disini saja ya. Semoga bisa membantu atau sebagai referensi untuk para mama dan papa baru ya. Semoga bisa membantu! 🤗

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Menyapih Anak dengan Kasih Sayang.

Review Film: Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2023).

Review Wisata : Rawa Pening Ambarawa.