Review Film: Gadis Kretek (2023)

Sudah baca bukunya beberapa tahun lalu. Dan sukaa sekali dengan bukunya karya Ratih Kumala dengan judul yang sama yaitu Gadis Kretek. Walaupun saya sudah membaca bukunya tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa saya sudah lupa beberapa part bukunya. Sepertinya harus baca ulang nih ya. Dulu baca bukunya di Gramed karena ada yang kebuka sampul plastiknya. Nah, saya jadi penasaran seperti apa film seriesnya ini? 

.                      Sumber: google.com

Series Gadis Kretek ini terdiri dari lima episode dengan beberapa judulnya. Episode pertama berjudul Jeng Yah. Episode kedua berjudul Rose. Episode tiga berjudul Red. Episode keempat berjudul DR dan episode kelima berjudul Lady Cigarette. Saya mau menjelaskan tiap episode yaa. Jadi, sepertinya ada spoiler dikit. Hehehe. 

Episode pertama berjudul Jeng Yah. Disini kita bisa melihat bagaimana sosok Jeng Yah atau Dasiyah di keluarga dan orang-orang sekitarnya. Wanita yang keras, banyak ide terutama tentang saus kretek, passionate, dan juga tegas. Dia dilarang masuk ke ruang saus, karena waktu itu ada rumor kalau saus yang dibikin olwh wanita itu tidak enak atau masam. Dia juga tidak mau menjadi wanita yang hanya duduk, masak, dandan di rumah karena dia punya ide tentang saus itu. Awal mula di episode satu ini, Lebas (anak Soeraja) yang mencari tahu dimana Jeng Yah berada demi permintaan ayahnya Soeraja. Lalu dia bertemu dengan Arum Cengkeh di museum kretek. Oke, bagaimana kelanjutannya? Baca terus ya~

Episode kedua berjudul Rose. Disini Jeng Yah atau Dasiyah bisa bereksperimen membuat saus di ruangan saus berkat bantuan Soeraja. Soeraja ini orang yang dipekerjakan (dibantu) bapaknya Dasiyah atau pak Idroes. Pak Idroes merupakan ayah yang bijaksana, mau menerima masukan dan kritik, dan juga bapak yang baik untuk anak-anaknya. Soeraja memberikan kunci ruang saus kepada Dasiyah, dan terciptalah saus bunga mawar merah yang konon katanya enak. Btw, bunga mawar merahnya itu didapat dari pak Djagad yang memberinya ke Ibunya Dasiyah atau Roemaisa. Pak Djagad ini merupakan lawan dalam usaha kreteknya Pak Idroes. 

Episode ketiga berjudul Red. Disini kejadian tidak diinginkan terjadi. Keluarga Idroes berantakan akibat adanya gerakan G30S PKI kala itu ada partai merah yang lumayan dekat dengan Soeraja. Hal itu dimanfaatkan oleh pak Djagad untuk menghancurkan keluarga pak Idroes. Pak Idroes meninggal saat penangkapan waktu itu, tentu saja Dasiyah mengikuti bapaknya. Dasiyah disekap selama bertahun-tahun. Disini, aku nangis bengek melihat adegan saat pengangkapan pak Idroes. Terlihat seperti nyata. Ekapresi Rukayah (adik Dasiyah) apalagi, bikin mewek sejadi-jadinya. Soeraja selamat walaupun kakinya ditembak pistol para polisi. Soeraja diselamatkan Purwanti (anak pak Djagad). Kemudian Soeraja bolak balik menuju rumah keluarga Idroes tetapi tetap saja sama. Tidak ada orang yang tersisa.

Episode keempat berjudul DR. Soeraja bersikeras untuk mencari Dasiyah. Usahanya mencari Dasiyah lewat pak Djagad malah membuatnya mencuri buku catatan saus milik Dasiyah dan mengkopinya untuk bisnis pak Djagad. Purwanti dan Soeraja pun akhirnya menikah. Soeraja memiliki bisnis kretek besar yang bertempat di Jakarta dan diberi nama DR (singkatan dari Dasiyah & Raja). Soeraja hidup hanya untuk bisnisnya itu. 

Episode kelima berjudul Lady Cigarette. Disini terungkap bahwa Arum Cengkeh adalah anak Dasiyah dengan Seno Aji (seorang militer yang suka dengan Dasiyah dan yang menyelamatkan seluruh keluarga Dasiyah), dan bukan anak dari Rukayah. Rukayah selama ini menyimpan rapat rahasia keluarganya. Dia juga terkena dimentia akibat banyaknya hal yang harus dia tanggung untuk dipikir. Rukayah hebat banget asliii. Huhu. Series ini ditutup dengan pertemuan Arum Cengkeh dengan Lebas (anak Soeraja) dan mereka berboncengan motor. Tentunya yang bonceng Arum karena Lebas tidak bisa naik motor. Lucu tapi scene yang menurutku keren. 

Jadi, series ini bercerita maju dan mundur. Lewat penuturan surat yang ditulis Dasiyah kala itu tahun 1960-an. Walaupun bercerita maju dan mundur tetapi sama sekali tidak membuat bingung. Runtut dan membuat semakin penasaran bagaimana cerita selanjutnya. Akting tiap pemain juga dapat diacungi jempol. Akting Dian Sastrowardoyo sebagai Dasiyah begitu apik. Akting Rukayah kecil dan besar juga apik. Akting Soeraja (Ario Bayu) dan Arum (Putri Marino) juga tidak kalah apik. Semua saling melengkapi. Latar cerita juga bisa dibuat mirip dengan tahun 1960-an. Gaya rumah, baju, bahasa dan pasar serta warung kopi kala itu jadi membuat kami para generasi milineal dan generasi z bisa tahu keadaannya. Degradasi warnanya juga bagus. Banyak filosofi-filosofi yang muncul seperti saat Soeraja dan Dasiyah sedang di kamar dan melakukan hubungan intim. Dasiyah berada diatas saat melakukan hubungan intim. Menandakan wanita punya andil yang kuat. Kemudian saat Arum dan Lebas naik motor. Arum yang bonceng. Walaupun jarang wanita yang bonceng laki-laki yang katanya dapat menurunkan pamor laki-laki. Tapi itu menunjukkan bahwa wanita punya andil yang kuat. Keren lah. Kemudian series ini juga membahas mengenai dementia yang merupakan salah satu penyakit yang jarang dibahas. 

Keseluruhan, series Gadis Kretek ini keren dan memukau. Selamat untuk semua kru pembuat series ini. Salah satu series favorit sih ini. Heheheh. 😍

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Menyapih Anak dengan Kasih Sayang.

Review Film: Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2023).

Review Wisata : Rawa Pening Ambarawa.