Review Film: Budi Pekerti (2023).
Lama banget ini nontonnya, tapi baru sempat mengulas filmnya di blog ini hari ini. Nonton film apa sih? Film yang disutradarai Wregas Bhanuteja yang berjudul Budi Pekerti (2023). Kesan setelah nonton adalah perasaan campur aduk, sedih, lega dan terharu. Komplit sih. Berikut ulasan saya mengenai film Budi Pekerti ini~
. Sumber: google.com
Tempat film Budi Pekerti ini di Yogyakarta. Jadi kangen ke Yogyakarta niiiih gara-gara nonton film ini. Latar dan suasana yang melekat banget bagi penonton termasuk saya juga. Dialog antar tokoh juga kebanyakan bahasa Jawa, namun ada beberapa tokoh yang pengucapan bahasa Jawanya kurang kental, luwes dan medok. Tapi tidak apa, tidak mengurangi esensi yang disampaikan. Tetap bagus koook. Ada bahasa Jawa Ngoko, Krama Inggil, kombinasi dengan bahasa Indonesia dan saat mengumpat sekalipun. Termasuk mendetail sih ini.
Suka sekali sama aktingnya ibu Sha Ine Febriyanti sebagai bu Prani. Emosinya dapat sekali. Bu Prani jadi lebih memukau dengan akting dari ibu Sha Ine Febriyanti. Kereeen banget. Angga Dwi Sasono juga aktingnya bagus walaupun minim dialog. Prilly Latuconsina juga apik memerankan Tita, namun logat bahasa Jawanya perlu diasah lagi sih menurutku, tapi Prilly berhasil memerankan Tita dengan emosinya yang terpendam dengan apik. Angga Yunanda juga beneran deh, baru kali ini apa ya dia berperan jadi anak muda yang bertindik, rambut pirang dan agak nyentrik soalnya dia seorang influencer sebagai Muklas. Angga Yunanda juga memerankan Muklas dengan apik, bahkan bahasa Jawanya dia menurutku bisa medok dan luwes. Ajib tidak tuh aktingnya? Mereka berempat dalam akting sangat memukau.
Dalam film Budi Pekerti ini banyak banget ya yang dibahas, mulai dari penyakit mental seperti Bipolar yang di derita si Bapak yang jarang dibahas di film-film Indonesia, musimnya video yang viral yang kemudian jadi banyaknya perspektif dari banyaknya orang dan mulai melakukan video klarifikasi untuk membenarkan apa yang mereka lakukan itu benar, jejak digital seseorang juga bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari bahkan sampai ke keluarganya juga, netizen juga berperan dalam perspektif mana yang salah dan mana yang benar yang menurutku itu semu, media juga berperan andil dalam film ini ada media yang memanfaatkan kejadian viral tersebut dan menyudutkan salah satu pihak untuk kepentingan media itu sendiri.
Yang paling saya sukai adalah di bagian endingnya karena menurut saya sangat melegakan melihat saling mendukungnya keluarga Bu Prani ini. Huhuhu terharu. Apa yang menjadi pilihan Bu Prani itu memang yang terbaik. Oiya, satu lagi, sepanjang nonton film Budi Pekerti ini juga saya jadi refleksi ke diri sendiri seperti yang diajarkan Bu Prani ke murid-muridnya. Sungguh saya merindukan kenangan waktu sekolah dulu khususnya waktu sekolah SMA. Hehe waktu zaman saya dulu tidak ada sih metode belajar seperti Bu Prani ini, memang bagus sih kalau diterapkan di sekolah-sekolah, menurutku sih. Hihi. Okee, semoga ulasan ini bisa membantu ya. Bagi yang belum nonton, bisa jadi pilihan buat nonton film Budi Pekerti ini~
Komentar
Posting Komentar